Alam semesta sudah Allah ilhamkan tugasnya masing-masing sejak penciptaannya. Semuanya bertasbih dengan melaksanakan semua peran dan fungsinya. Ada api yang melaksanakan tugasnya membakar dan bersifat panas, ada air yang bekerja meresap dan mengalir ke tempat lebih rendah, ada tanah yang bekerja menumbukan, ada zat yang mudah larut, ada zat yang tidak mudah larut. Semua dengan fungsi dan peran masing-masing menjalankan tugasnya dan sinergi satu sama lain, kecuali jika ada peran manusia memutus sinergisitasnya. Kita bisa melihat saat alam itu masih alami, maka ekosistem dan siklusnya berjalan dengan baik. Namun pada saat ada campur tangan manusia, sering terjadi ketidak seimbangan alam, karena kecerobohan dan kebodohan manusia.
Maka pantas, saat Allah menciptakan manusia dan menunjuk sebagai khalifah di muka bumi atau pengelolanya, malaikat sempat memprotes, “Apakah Engkau menjadi pengelola bumi itu makhluq yang merusak dan menumpahkan darah?” Tapi kemudian Allah memberikan jawaban, bahwa selain menciptakan manusia yang suka merusak tapi juga Allah bekali dengan ilmu pengetahuan.
Kita bisa lihat pesan tersebut tersurat dalam surat Al-Baqarah ayat 30-31 :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(30) Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (31)
Maka, sebagai muslim apalagi Ahlul Quran perlu memposisikan diri sebagai pengelola alam semesta ini agar tetap dalam keseimbangannya. Ahlul Quran perlu melek tentang karakteristik dari setiap unsur lingkungannya dan bagaimana memperlakukannya. Tentunya, jangan tabu untuk belajar tentang kimia, fisika, biologi, geografi dan ilmu pengetahuan lainnya. Karena dengan memahami ilmu itu semua, sama dengan memahami tentang ayat-ayat ciptaan Allah. Dan dari memahami ilmu itu, jadi faham bagaimana mengelola alam semesta ini sesuai dengan kodrat dan sifatnya masing-masing.
Salah satu yang menjadi problema umum dunia saat ini adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah yang tidak dikelola dan diposisikan dengan baik. Maka benar yang Allah firmankan dalam Al Quran Surat Ar-Rum 30-31:
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Tentu Ahlul Quran harus menjadi orang terdepan yang kembali pada Allah menjalankan fungsinya sebagai khalifah dengan mengelola sampah sesuai karekteristiknya.
Secara Umum ada 3 sampah yang bisa kita kategorikan dan pisahkan :
1. Sampah Bernilai Jual
Sampah seperti ini bisa kita putarkan kembali untuk menjadi nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan untuk keperluan hidup lainnya. Bisa dengan dijual atau disedekahkan. Contoh sampah seperti ini adalah botol minuman, cup minuman, kaleng minuman, kardus, kertas dll.
2. Sampah Organik
Sampah seperti ini kita bisa kembalikan ke alam untuk diserap dan menjadi unsur kesuburan tanah. Caranya bisa dengan dikomposkan atau dijadikan pakan hewan atau ternak. Contoh sampah seperti ini adalah sisa potongan sayuran, kulit buah, sisa makan, rumput dll.
3. Sampah Harus Disetor ke TPA
Sampah seperti ini agak sulit untuk dimanfaatkan ulang sehingga kita perlu menyerahkan pada TPA supaya dioleh dan diproses agar tidak mencemari lingkungan. Contoh sampah sepert ini adalah plastik kemasan snack, kertas makanan dll.
Contoh Aplikatif
- Pesantren menyediakan tempat sampah dengan tiga kategori di atas baik di asrama maupun kelas dan tempat umum .
- Asatidz dan guru memberikan contoh untuk membuang sampah sesuai kategori.
- Diadakan berbagai reward dan punishment dalam rangka membiasakan pemilahan sampah tersebut.
- Dipromosikan terus baik secara tertulis maupun secara lisan akan pentingnya memilah sampah.
- Pemilahan sampah bisa digunakan sebagai bentuk panishment atas pelanggaran santri.