Al-Quran mengajarkan pembentukan karakter seorang muslim, salah satunya adalah budaya bersih-bersih, yang dikenal dengan istilah thaharah. Budaya bersih-bersih merupakan sebuah nilai yang sangat penting bagi seorang muslim apalagi Ahlul Quran. Maka, nilai ini harus menjadi budaya di lingkungan para ahlu Al-Quran. Bahkan dalam Al-Quran ayat tentang bersih-bersih lebih banyak dari kata kebersihan. Coba kita renungi beberapa ayat berikut :
1. Bersih-bersih atau thaharoh dilakukan sebelum melaksanakan taqorrub
Sebelum kita melaksanakan shalat, thowaf dan baca Al-Quran harus dimulai dengan bersih-bersih. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih, bab pertama yang dibahas ulama adalah Bab Thaharoh (bersih-bersih).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ma’idah ayat : 6 :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah (bersih-bersih). …”
Saat kita mau mambaca Al-Quran kita harus membersihkan diri, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Waqi’ah ayat 79 :
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۗ
“Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan.”
Hamba Allah yang disucikan, menurut sebagian ulama, adalah orang-orang yang suci dari hadas besar dan kecil (dengan bersih-bersih). Adapun menurut sebagian lainnya, maksudnya adalah makhluk Allah yang suci dari dosa dan kesalahan, yakni para malaikat.
Saat wanita selesai dari haid, diwajibkan terlebih dahulu bersih-bersih sebelum bergaul suami istri. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqoroh ayat 222 :
فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“…Apabila mereka setelah mandi wajib (bersih-bersih), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri (bersih-bersih).”
2. Awal peradaban dimulai dari membangun masjid oleh orang yang suka bersih-bersih
Saat Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam memulai membangun peradaban dan negara, yang pertama dibangun adalah masjid. Masjid dibagun di atas ketakwaan yang salah satu bentuk dibangun di atas ketakwaan adalah masjid tersebut dimakmurkan oleh orang yang suka bersih-bersih. Baik bersih-bersih batin maupun bersih-bersih lahir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensiratkah hal tersebut dalam surat Al-Taubah ayat 108 :
لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
“..Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri.”
3. Awal peradaban Ibrahim setelah membangun ka’bah adalah bersih-bersih
Pada saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala meminta Nabi Ibrahim dan Ismail Alahimassalam untuk membangun rumah Allah yang akan menjadi pusat peradaban orang beriman, Allah memerintahkan agar mereka berdua bersih-bersih untuk menyambut tamu Allah yang akan thowaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Hajj ayat 26-27:
وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤئِفِيْنَ وَالْقَاۤئِمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ # وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
“(Ingatlah) ketika Kami menempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan berfirman), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun, sucikanlah (bersih-bersih) rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, mukim (di sekitarnya), serta rukuk (dan) sujud. (Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.”
Setelah kita tadabburi ayat-ayat di atas, maka bagi para pembangun peradaban, perlu memberikan perhatian khusus pada budaya bersih-bersih. Bahkan hal ini harus menjadi dasar pergekerakan yang lainnya. Bagi kita yang ingin menjadikan pesantren ini sebagai tiang peradaban Ahlul Quran, maka seyogyanya kita bisa bahu-membahu menumbuhkan budaya bersih-bersih di semua warga pesantren, mulai dari pimpinan, karyawan, santri dan guru. Semua kita harus bisa menanamkan kesadaran dan budaya bersih-bersih ini. Bahkan jika dilihat dari ayat terakhir di atas, bersih-bersih merupakan salah satu daya magnet yang bisa menghadirkan pengunjung dari seluruh penjuru dunia ke tempat tersebut.
Suka bersih-bersih artinya saat di depan matanya ada hal yang tidak bersih ia terdorong dan tertarik untuk membersihkannya, baginya kotoran yang muncul di depan matanya adalah peluang yang Allah bentangkan untuk bisa mendapatkan cintaNya. Semoga kita semua bisa mengambil peran dalam rangka menumbuhkan budaya bersih-bersih di lingkugan pesantren kita yang notabene punya misi menanamkan akhlak-akhlak Qurani kepada setiap peserta didiknya.
Contoh Aplikatif
- Semua warga pesantren saat melihat sampah berserakan, segera mencari alat kebersihan kemudian menyapu dan memasukan ke dalam tong sampah.
- Saat melihat rumput di sekitar lingkungannya, sebisa mungkin segera membersihkan dengan alat yang dimiliki.
- Saat guru mau masuk kelas dan melihat di area kelas kotor, maka guru mengajak santri untuk membersihkan kelas terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
- Saat pembimbing asrama melihat asrama atau kamar kotor, maka pembimbing mengajak santri untuk sama-sama membersihkan asrama atau kamar.
- Saat guru melihat wilayah kantornya ada yang perlu dibersihkan, maka dengan semampunya dia mengambil bagian untuk membersihkannya.
- Saat guru atau pembimbing melihat santri membuang sampah bukan pada tempatnya, segera menegur dan memberikan pengarahan dengan lembut dan senyum agar membuang sampah pada tempatnya.
- Semua grup-grup atau kelompok-kelompok dengan semua levelnya menyelenggarakan program gerakan kebersihan rutin.