Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.
Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.Pesantren Pondok Quran Boarding School (PQBS) adalah pesantren setingkat SMP dengan akreditasi B dan MA dengan akreditas A yang mengunggulkan pembelajaran Al-Quran.
Iman
23Feb2025

Menjaga Perilaku Anak dari Efek Teknologi

Menjaga Perilaku Anak dari Efek Teknologi

Di era digital yang serba cepat ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia anak-anak. Kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, seperti kemudahan akses informasi dan hiburan yang edukatif. Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif pada perilaku anak, seperti kecanduan layar, menurunnya interaksi sosial, hingga paparan konten yang tidak sesuai. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam membimbing dan mengawasi anak agar tetap menggunakan teknologi dengan bijak serta mengembangkan kebiasaan yang positif.

Di tengah pesatnya perkembangan dunia digital, media sosial telah menjadi tren yang mendominasi. Fenomena ini melahirkan berbagai profesi baru, seperti influencer, YouTuber, TikToker, vlogger, dan selebgram. Tidak jarang, seseorang mendadak terkenal atau bahkan berpura-pura kaya hanya demi konten dan popularitas di dunia maya.

Fenomena ini merupakan konsekuensi alami dari kemajuan teknologi. Munculnya perangkat-perangkat canggih turut membentuk pola perilaku masyarakat, termasuk dalam penggunaan bahasa dan istilah yang berkembang di kalangan anak muda. Berikut beberapa istilah populer yang sering muncul dalam interaksi digital:

  • Body shaming – hinaan terhadap fisik seseorang.
  • Bipolar – gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati secara drastis.
  • Circle – lingkaran pertemanan.
  • Deep talk – percakapan mendalam yang membahas topik sensitif.
  • Detox sosmed – jeda dari media sosial.
  • Flexing – kebiasaan memamerkan kekayaan atau pencapaian.
  • Healing – aktivitas untuk menyegarkan diri, seperti jalan-jalan.
  • Me time – menghabiskan waktu sendirian untuk relaksasi.

Salah satu istilah yang paling berkembang saat ini adalah flexing, yaitu kebiasaan seseorang memamerkan kekayaan atau gaya hidup mewah secara berlebihan. Contohnya, memamerkan mobil dan rumah mewah, barang-barang branded, liburan eksklusif, hingga pengalaman makan di restoran mahal. Flexing biasanya dilakukan dengan mengunggah foto atau video di media sosial agar mendapat perhatian dan validasi dari orang lain.

TEKNOLOGI

Kegiatan pembelajaran teknologi untuk menjaga anak dari efek teknologi

Peran Orang Tua dalam Menghadapi Fenomena Flexing

Bagaimana kita, sebagai orang tua, bisa mendidik anak agar tidak terpengaruh oleh budaya flexing yang semakin dianggap wajar? Berikut langkah-langkah yang dapat kita lakukan:

1. Menjadi Teladan dan Bijak dalam Bermedia Sosial

Orang tua harus menyadari bahwa tidak semua konten di media sosial bisa dijadikan acuan dalam pola dan gaya hidup. Sikap kritis dalam menyikapi informasi sangat diperlukan. Pastikan bahwa anak memahami pentingnya memilih sumber informasi yang terpercaya serta tidak mudah terpengaruh oleh tren yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan moral.

2. Menanamkan Gaya Hidup Sederhana seperti Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya telah memberikan teladan tentang kesederhanaan dalam kehidupan. Hidup sederhana bukan berarti menghilangkan sifat dermawan, tetapi lebih kepada sikap tidak berlebihan dan menggunakan nikmat Allah dengan penuh tanggung jawab.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pakailah pakaian yang berwarna putih, karena ia lebih suci dan lebih bagus, dan jadikan ia kain kafan bagi orang yang meninggal di antara kalian.” (HR. At-Tirmidzi)

Salah satu contoh kedermawanan beliau adalah ketika seorang Arab dusun menarik selimut kasar Rasulullah hingga meninggalkan bekas merah di pundaknya. Orang tersebut meminta bagian dari harta Allah yang ada pada Rasulullah. Dengan senyum, beliau ﷺ bersabda, “Berilah laki-laki ini makanan apa saja.” (HR. Bukhari)

Dari kisah ini, kita belajar bahwa Rasulullah ﷺ tidak hanya hidup sederhana tetapi juga selalu berbagi dengan orang lain tanpa merasa perlu memamerkan apa yang dimilikinya.

3. Menanamkan Sifat Empati pada Anak

Empati bukanlah sifat yang otomatis dimiliki anak sejak lahir, melainkan harus ditanamkan dan dilatih sejak dini. Salah satu cara efektif untuk menanamkan empati adalah dengan melibatkan anak dalam aktivitas sosial. Misalnya, menerapkan prinsip “masuk satu, keluar satu”—setiap kali anak mendapatkan barang baru, ia harus menyedekahkan barang yang sudah dimilikinya kepada orang yang lebih membutuhkan.

Selain itu, orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk memberikan hadiah terbaik kepada teman atau saudara. Ini akan membentuk pemahaman bahwa berbagi dengan orang lain membawa dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitar.

Menjadi orang tua di era digital membutuhkan kesadaran dan kesepahaman dalam pola pengasuhan. Konsistensi dalam menanamkan nilai-nilai Islam serta membangun lingkungan yang positif sangat penting agar anak tidak mudah terpengaruh oleh tren yang kurang bermanfaat. Meskipun tugas ini tidak mudah, dengan usaha dan doa, kita dapat mendidik anak menjadi pribadi yang shaleh dan berakhlak mulia.

Semoga kita termasuk orang tua yang terus berproses menjadi lebih baik dan dapat menjadikan keluarga sebagai aset berharga di dunia dan akhirat. Aamiin.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Tetapi jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)

Baca Juga : https://www.kompasiana.com/fatihahputrisurya8304/653556ac110fce2eb56ddb82/fenomena-flexing-pada-remaja-gen-z

Info Pendaftaran PSB Pondok Quran Boarding School

📌 Tahun Ajaran 2025-2026 🌐 Klik link: https://psb.pondokquran.id

🔗 Website resmi: https://pondokquran.sch.id

✍ Ditulis oleh: Anna Rose,M.Pd

Dibaca 36x
Lainnya

Artikel Asatidz

Keutamaan Syukur
Oleh : Media Dakwah Pondok Quran
Iman
Menjaga Perilaku Anak dari Efek Teknologi
Oleh : Anna
Keutamaan Syukur dalam Islam
Oleh : Media Dakwah Pondok Quran